Lokakarya Mini Lintas Sektor Puskesmas Nanga Ungkap Sejumlah Masalah Kesehatan di Kecamatan Lela
Lokakarya Mini Lintas Sektor Puskesmas Nanga membuka mata semua pihak bahwa persoalan kesehatan di Kecamatan Lela bukan hanya soal fasilitas, tetapi juga soal pola pikir, kebiasaan lama, dan minimnya kesadaran masyarakat. Tanpa perubahan perilaku, dukun tetap dipilih, balita tetap berisiko stunting, dan ODGJ tetap dipaksa bekerja seolah normal.
Tribratanewssikka.com - Maumere, 27 November 2025 – Pelayanan kesehatan di wilayah Kecamatan Lela kembali menjadi sorotan dalam kegiatan “Loka Karya Mini Lintas Sektor Triwulan IV UPT Puskesmas Nanga” yang digelar pada Rabu, 26 November 2025, pukul 10.00 Wita, bertempat di Aula Puskesmas Nangan, Kecamatan Lela, Kabupaten Sikka.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh: Camat Lela, Yohanes Kons Saru. Kapolsek Lela, AKP I Nyoman Simion. Kepala Puskesmas Lela, Evinia Venitansa Sales, A.Md.Keb. Kepala Pil KB Kecamatan Lela, Mikiel Anjelus. Para Kepala Desa se-Kecamatan Lela. Para Bidan se-Kecamatan Lela. Para Perawat Puskesmas Nangan. Para Kader Posyandu
Lokakarya mini ini dilaksanakan sebagai forum koordinasi dan evaluasi terhadap tingkat pelayanan kesehatan Puskesmas Nanga pada Triwulan III, sekaligus memetakan persoalan-persoalan yang masih belum tertangani secara tuntas di lapangan.
Dalam pembahasan terungkap sejumlah permasalahan krusial di bidang kesehatan masyarakat, antara lain: Rendahnya pemanfaatan fasilitas kesehatan. Masih banyak warga masyarakat Kecamatan Lela yang enggan datang atau berobat ke fasilitas kesehatan, baik milik pemerintah maupun swasta. Sebagian masyarakat masih memegang pola pikir lama dengan lebih memilih berobat ke dukun dibandingkan ke tenaga kesehatan profesional.
Petugas kesehatan masih menemukan adanya ibu hamil yang melahirkan (partus) di rumah, bukan di fasilitas kesehatan yang memadai. Kondisi ini berpotensi meningkatkan risiko keselamatan ibu dan bayi.
Masih banyak orang tua, khususnya para ibu, yang tidak membawa anaknya ke Posyandu untuk dilakukan penimbangan dan pemantauan tumbuh kembang. Hal ini berdampak langsung pada keterlambatan deteksi masalah gizi dan kesehatan anak.
Ditemukan beberapa balita yang masuk kategori kurang gizi dan gizi kurang/stunting. Kondisi ini menjadi perhatian serius karena berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia di masa depan.
Terdapat beberapa orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang dipaksakan untuk bekerja layaknya orang normal. Situasi ini menimbulkan keprihatinan karena berpotensi membahayakan diri ODGJ maupun orang lain, serta menunjukkan masih kurangnya pemahaman keluarga dan masyarakat terkait penanganan ODGJ yang tepat.
Melalui lokakarya ini, para peserta lintas sektor sepakat untuk memperkuat kerja sama, meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat, dan mendorong perubahan pola pikir agar lebih percaya dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
Peran aktif pemerintah kecamatan, pemerintah desa, tenaga kesehatan, kader Posyandu, serta dukungan Polsek Lela diharapkan mampu mempercepat penanganan persoalan-persoalan tersebut. Kegiatan Loka Karya Mini Lintas Sektor Triwulan IV UPT Puskesmas Nanga berakhir pada pukul 14.00 Wita dalam situasi aman, tertib, dan lancar. [Cm24]


